Ketika saya menulis ini, saya sedang teringat masa lalu, saat hijab masih merupakan sesuatu yang dianggap aneh dan kampungan. Ah, banyak cerita sebenarnya. Misalnya, ada tetangga saya yang ditolak untuk belajar di sekolahnya, karena dia satu-satunya siswi yang bersikukuh menggunakan kerudung pada saat masuk bersekolah.
Saat itu, ada juga kisah tentang sahabat saya yang tinggal di luar negeri dan terpaksa harus membuka hijabnya. Kenapa? Karena anaknya sering di-bully! Ironis bukan? Tapi, itulah kenyataan yang dihadapi hijaber pada masa dulu. Mereka yang berniat menjalankan perintah agama, mengenakan hijab sesuai tuntunan, pada saat itu merasa asing di tengah-tengah keramaian.
Beberapa waktu lalu, dalam rangka milad ke-5 Hijabers Community Bandung (HCB), komunitas ini menggelar tabligh akbar tentang hijrah story. Alhamdulillah, saya berkesempatan mengikuti kegiatan ini. Lihatlah, teman-teman, kini kondisinya sungguh berbeda, bukan?
Dulu, terdapat penolakan yang begitu luas di 'wilayah-wilayah tertentu' bagi kehadiran saudari kita yang berhijab. Masih ingat? Bahkan seorang presenter terkenal bernama Sandrina Malakiano pun pernah ditolak tampil di depan kamera oleh manajemen stasiun TV karena dia berhijab.
Syukurlah... kini hijab sudah diterima di Indonesia dan sebagian besar belahan dunia lainnya. Kehadiran hijaber secara umum sudah dipandang secara wajar dan positif. Di sisi lain, hal tersebut menunjukkan pengakuan terhadap hak asasi para hijaber dalam menjalankan keyakinannya. Tentu saja, masih ada satu dua pandangan miring yang masih tersisa.
Bangga lho, karena anak muda sekarang ini tampak begitu antusias untuk berhijrah. Mereka melewati proses metamorfosisnya, dimulai dengan banyak melihat, mendengar dan merasakan.
Hijrah memang indah, dengan berbagai prosesnya. Hijrah yang tidak selalu drastis, yang bisa juga dengan perlahan-lahan. Yang terpenting adalah hijrah yang membuat setiap insan menjadi lebih baik dari masa lalunya.
Kondisi setiap individu memang tak dapat diseragamkan. Tak selalu sama. Ada yang sudah sedemikian siap, tapi ada juga yang belum siap. Ada yang sudah memilih syar'i atau ada juga yang belum syar'i, atau boleh jadi memang memiliki perbedaan pemahaman dalam menggunakannya.
Tidak perlu menjadi risau, teman-teman. Doakan. Biarkan berproses, berproses dan terus berproses. Karena setiap perempuan memiliki cerita hijabnya masing-masing. Kisah saudara kandung sekalipun mungkin bisa berbeda dengan kita. Maka, tidak usah memaksakan pemahaman kita kepada orang lain. Yang lebih bijak menurut saya, jadilah inspirasi...
Teman-teman, bagaimana cerita hijrahmu? Berbagi lewat komentar, yuk! Semoga menjadi salah satu cara berbagi semangat berhijrah ke arah yang lebih baik. Aamiin....
Sosial media