Tabloidnova.com - Atalia, istri dari Walikota Bandung Ridwan Kamil, ternyata sempat keberatan sang suami menjadi walikota. Namun kini, ia mendukung penuh kiprah suaminya. Sebagai istri walikota Bandung, Ridwan Kamil, ia sangat aktif berinteraksi dan berkegiatan dengan masyarakat. Namun, baginya, anak-anak dan suami adalah pengabdian utamanya. (selengkapnya, bagian pertama tulisan dapat dibaca di sini)
Berpelukan 20 Detik
Saat senggang, Lia senang memasak makanan kegemaran Emil. “Punya suami dia, mah, paling enak. Dulu, awal menikah saya sukapundung (ngambek). Tiap hari saya bikin menu, ada sayur, lauk, ikan, lengkap deh. Setelah semua terhidang, eh, Kang Emil malah bertanya mana ceplok telur dan tahu gorengnya? Rasanya sakit hati. Saya mengancam enggak mau memasak lagi. Tapi ibu meminta saya bersyukur, karena justru jadi enggak repot.”
Hubungan Lia dan Emil terbilang romantis dan harmonis, meski Emil diakuinya bukan tipe orang yang mengungkapkan secara langsung perasaan sayangnya. “Dulu waktu pendekatan ke saya, perjalanan perkenalan saya dengannya digambar lewat komik. Nah, ungkapan sayang seperti ini yang terus dijaga Kang Emil sampai sekarang, meski dari luar dia terlihat lempeng. Itu yang bikin sayatermehek-mehek sama Kang Emil,” ujarnya lalu tergelak.
Di tengah kesibukannya, menurut Lia, Emil merasa bahwa keluarga adalah energi. Tak heran, mereka sekeluarga mempraktikkan program berpelukan 20 detik tiap hari di rumah. “Jadi, ketika sedang galau, biasanya dia akan pulang ke rumah untuk memeluk anak-anak, lalu berangkat lagi dengan semangat. Katanya ada penelitiannya, bahwa energi positif itu akan hadir ketika merasa bersama dengan orang yang kita sayangi,” ujarnya.
Kegiatan berpelukan ini, menurut Lia, dipraktikkan sejak Emil menjadi walikota. Lia mengaku sebagaisupporter utama suaminya. “Saya bilang,I will be two steps behind you . Dia jawab, ‘No. Just one step behind’ . Energi keluarga itu luar biasa. Itu yang ingin saya tularkan pada warga,” tuturnya mantap.
”Keluarga Pusat Pendidikan”
Lia menyadari, sebagai ibukota provinsi, Bandung seperti gula-gula yang membuat banyak orang tertarik untuk datang dan betah tinggal di sana. “Ini yang membuat Bandung sangat padat. Mengatur 2,5 juta warga tentu bukan hal mudah,” tutur Lia.
Itu sebabnya, Lia ingin membuat berbagai kegiatan untuk bisa menyapa warganya. “Nah, Allah memberikan saya PKK Bandung yang lingkupnya meliputi 30 kecamatan, 151 kelurahan, 9 ribu wilayah RT, dan 9 ribu Posyandu. Sekarang, tangan saya jadi terasa kurang banyak untuk menyentuh jumlah sebanyak itu,” ujarnya lalu tertawa.
Lia mengaku memiliki 23 ribu kader PKK yang disebut sebagai aset luar biasa. Ia pun ingin gerakan PKK benar-benar mendampingi dan memonitor masyarakat untuk program-program yang dicanangkan pemerintah. “Kami ingin kesejahteraan itu merata, jangan sampai ada lagi keluhan warga yang tak tahu program PKK dan lingkungannya tak pernah mendapat kegiatan PKK. Saat kampanye dulu, itu yang dikeluhkan warga. Programnya memang bagus, tapi adanya cuma di atas, tidak sampai ke bawah,” ujarnya.
Misalnya, pemerintah punya gerakan pungut sampah. “Yang melaksanakan di lapangan adalah PKK dan PKK pula yang membuatnya menjadi gerakan berkelanjutan,” ujar perempuan berkulit putih ini.
Tanggal 25 November ini, PKK Bandung menghadapi penilaian evaluasi Kesatuan Gerak (Kesrak) PKK KB Kes dari tingkat provinsi. “Ini kegiatan berjenjang. Kami sudah melakukanrechecking ke kewilayahan, lalu tingkat kota akan direchecking oleh tingkat provinsi, dan seterusnya sampai tingkat nasional,” paparnya.
Tema penilaian Kesrak PKK KB Kes tahun ini, menurut Lia, juga untuk mengakselerasi kesehatan di masyarakat, terutama lingkungan bersih sehat. “Ini kerja bersama, jadi PKK didukung oleh berbagai SKPD. PKK melakukan bina wilayah di seluruh kecamatan. Tiap kecamatan diambil satu kelurahan lalu dinilai dan dipilih yang bisa mewakili kota Bandung,” ujarnya sambil menambahkan, 10 Program PKK sudah mencakup semua bidang kehidupan keluarga.
Pokja Dua PKK Bandung juga memiliki program Gerakan Bandung Cinta Keluarga, yaitu program untuk mendidik bagaimana kembali mencintai keluarga sendiri dan menjadikan keluarga sebagai pusat pendidikan. “Gerakan berpelukan selama 20 detik setiap hari bisa dimasukkan dalam program ini. Dengan gerakan ini, diharapkan setiap orang paham akan pentingnya keluarga dan ketahanan keluarga, sehingga merasa keluarga adalah energi. Ini salah satu program penting yang saya angkat dalam PKK,” pungkasnya.
Hasuna Daylailatu
source: Tabloid Nova
Sosial media