Hari ketiga setelah pengumuman kenaikan BBM, sebuah keputusan pahit yang mengundang pro-kontra di tengah-tengah masyarakat. Pembicaraan tentang hal tersebut pastinya belum usai, bahkan reaksi berbagai kalangan masih dapat ditemukan di media mainstream maupun ranah medsos. Sejak awal, pemerintah memang sudah memaklumi akan timbulnya berbagai pendapat terhadap kebijakan ini.
Kalau ditanya tentang sikap, meski kecewa, saya menerima keputusan ini. Pemerintah pasti punya alasan yang kuat untuk memperbaiki perekonomian negara dalam jangka panjang. Masalahnya, di atas semua pemikiran yang positif mengenai perbaikan ekonomi negeri ini, saya dapat merasakan bahwa warga kota Bandung, khususnya para ibu rumah tangga, akan sangat terpaksa untuk menerima kondisi yang sangat berat dan sulit.
BBM merupakan kebutuhan dasar bagi kita, keberadaannya sangat mempengaruhi banyak hal. Karenanya, lihat saja, sebentar lagi semua bahan kebutuhan pokok lainnya akan naik. Ongkos angkutan umum naik, listrik naik, akhirnya akan berimbas pula pada naiknya harga berbagai barang dan jasa.
Di lain pihak, harapan terhadap kenaikan pendapatan masih belum mudah untuk didapatkan, meskipun merupakan keinginan yang wajar untuk mengimbangi laju kebutuhan hidup yang besar. Tekanan kenaikan UMR dan gaji bagi dunia usaha pasti akan sangat besar sehingga bisa berdampak bagi keberlangsungan hidup perusahaan-perusahaan itu sendiri. Ini yang harus diwaspadai.
Saya berharap pemerintah bisa memikirkan solusi yang lebih baik bagi warga menengah ke bawah, untuk bisa sejahtera dengan kondisi yang ada.
Sosial media